Puisi Terburu
Foto: Freepik |
Oleh: Muhammad Fajar
Dengan cakrawala sebagai telapak tangannya...
Bentangan langit sebagai sejadahnya.
Dan rintih tangisnya adalah caya bintang di angkasa...
Tak ingatkah kerikil sebagai alas bumi,
Mengubur sejengkal jejak siput di tanah dan dedaun sunyi.
Tak ingatkah tetes embun yang menghibur tangis bayi?
Gelora dan nafsu yang kadang mengubur mimpi...
Indah semesta hanya tipuan belaka,
Jika dirimu hilang bentuk dalam suka duka...
Karena pena tak mampu menangkup semua luka,
dan sajak hanya gua peneduh sekejap saja.
Tak ku tahu, lelaki sebatas debu...
Dengan tangis dan tawa perempuan sebagai rangkaian sastra...
Air mata, tawa dan luka manusia hanya drama semesta,
Sebelum maut memburu lewat peluru waktu...
Penulis: Muhammad Fajar - Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Posting Komentar untuk "Puisi Terburu"