Kesadaran dan Kepedulian terhadap Wabah Covid-19
Oleh : Mahasiswa KKN Kelompok 63 UIN-Sumatera Utara
Tahun 2020 merupakan tahun penuh
duka untuk seluruh negara di dunia. Hal itu disebabkan munculnya
salah satu virus yang memiliki gejala flu, batuk, demam serta sesak nafas
yaitu Corona Virus Desease (COVID-19), yang bermula dari Kota Wuhan, China. Simpang
siurnya kabar kemunculan virus corona menjadi pertanyaan besar hingga
kini. Penyebaran
virus corona yang masif membuat jumlah kasus dan korban orang terinfeksi terus
mengalami peningkatan yang signifikan setiap harinya. Organisasi Kesehatan
Dunia atau World Health Organization (WHO) menetapkan virus
ini sebagai pandemi global dan mengeluarkan pedoman penanganan virus corona.
COVID-19 bukan suatu wabah yang
dianggap begitu mudah. Jika ditelaah dari gejalanya, orang awam akan
mengira bahwa virus corona hanya sebatas influenza biasa, namun dari analisis
ilmuan kedokteran menganggap virus ini cukup berbahaya dan mematikan. Namun Para ilmuan kesehatan menyarankan, menjaga imun atau daya tahan
tubuh adalah kunci utama untuk terhindar dari COVID-19. Ilmuan Australia menyatakan keberhasilannya
dalam mengidentifikasi
sistem kekebalan tubuh manusia yang memerangi virus corona. Mereka menjelaskan,
cara orang-orang untuk pulih dari virus corona sama halnya dengan cara pulih dari flu biasa.
Hal ini karena dapat mengetahui bagaimana imun manusia
dapat “berperang”
melawan pandemi ini.
Dampak dari kemunculan pandemi sangat dirasakan oleh dunia, termasuk Indonesia. Awal Maret 2020 lalu, Pemerintah Indonesia mengkonfirmasi ada warga negara Indonesia (WNI) yang terinfeksi virus corona. Dari kasus tersebut, pemerintah melakukan pencegahan dan penanganan virus corona ke seluruh daerah di Indonesia. Kemudian, pemerintah juga mengeluarkan kebijakan yang telah dianalisa serta mengikuti protokol kesehatan dari WHO, diantaranya membatasi aktivitas keluar rumah, belajar dari rumah, bekerja dari rumah (work from home), serta kegiatan beribadah berlangsung di rumah.
Seluruh kebijakan yang
ditetapkan oleh pemerintah mulai dari, aktivitas dari
rumah serta pemenuhan kebutuhan masyarakat menjadi hal yang
harus dilakukan dalam
kondisi melawan virus ini. Kebijakan tersebut diharapkan dapat mengatasi
segala permasalahan terjadi di tengah-tengah masyarakat. Kebijakan publik dapat
dimaknai sebagai hubungan dalam mencapai tujuan sebagai hasil akhir dari
kegiatan yang dilakukan pemerintah.
Dengan demikian, berpartisipasi dalam upaya untuk memutus rantai
penyebaran Covid-19 masyarakat kita dapat melalukan beberapa hal yaitu:
1. Rajin berolahraga
2. Santap makanan bergizi
3. Terapkan protokol kesehatan pada saat keluar
rumah
4. Kurangi Kontak langsung dengan
orang lain
Protokol kesehatan juga
menghimbau dan membuat cara aman keluar rumah pada saat masa pandemi dengan
beberapa panduan:
1.
Gunakan pakaian lengan panjang
2. Jangan menggunakan perhiasan atau
aksesoris apapun
3.
Pakailah masker
saat berada di luar rumah
4. Sebisa mungkin, hindari
menggunakan kendaraanu umum
5. Jangan lupa membawa tisu basah karena memiliki
kandungan alkoholnya dan gunakan saat harus menyentuh sesuatu dan langsung
buang setelah dipakai
6. Jika
batuk atau bersin, gunakan lengan bagian dalam
7. Pembayaran non tunai merupakan
salah satu untuk
menghindari berinteraksi dengan orang lain.
8. Jika
berada di luar rumah, usahakan membawa sabun atau handsanitizer dan gunakan sesering
mungkin untuk mencegah virus corona
9. Jangan menyentuh wajah
10. Berjarak saat harus duduk atau berdiri di dengan orang lain.
Jika dilihat dari pandangan Islam,
bagaimana Islam
menyikapi virus corona yang sedang marak di dunia. Sebagai umat muslim kita
percaya wabah virus yang mematikan sudah ada sejak zaman nabi, virus tersebut
salah satunya adalah kusta yang menular dan mematikan.
Sejarah sudah mencatat bahwa wabah
datang setiap 100 tahun sekali. Pada 2020 ada wabah corona, pada 1920 ada flu spanyol,
pada 1820 adakolera dan pada 1720 terjadi black death atau plague.
Dan bagaimana kita memaknai virus atau wabah ini sebagai umat muslim kita harus
melihat sudut pandang kita sebagai muslim yaitu sudut pandang islam (islamic
point of view) di mana tha’un atau wabah dalam buku
Badzlul Ma’un Fi Fadhli tha’un pada tahun 773-853 H karya Ibnu Hajar yang hidup
di abad ke-8 masehi beliau mengatakan bahwa bagi umat muslim tha’un ini
bukan azab tetapi adalah rahmat bagi orang orang yang beriman, karena disitu
Allah SWT menurunkan kasih sayangnya berupa kemudahan syahid yaitu
orang orang yang meninggal dalam tha’un itu bukan terhina
tetapi mendapatkan kesyahitan.
Tha’un adalah azab yang Allah SWT
kirimkan kepada siapa saja yang Ia kehendaki kemudian Allah SWT jadikan rahmat
kepada orang yang beriman. Jadi kita harus melihat ini sebagai mauizah atau
pelajaran dan rahmat kasih sayang dari Allah SWT sehingga kita tidak perlu
merasa ketakutan atau seperti tertekan dengan kondisi seperti ini.
Nah, mengapa tha’un terjadi? Seperti yang kita yakini, maksiat itu bisa mengundang bencana. Ketika orang-orang sudah terbiasa melakukan perzinahan, minum khomar, banyak bermain musik yang melenakan maka Allah SWT akan marah dilangitnya dan berkata kepada bumi berguncang didalamnya. Maka akan muncul seperti gempa dan lain sebagainya sehingga banyak yang menjadi korban. Sekiranya manusia itu menyadari kesalahan dan kemudian bertaubat maka azab atau cobaan akan dihentikan. Namun, sekiranya maksiat itu masih dilanjutkan maka bumi akan dihancurkan.
Lalu bagaimana sikap kita
terhadap tha’un atau wabah ini? Sebagaimana yang telah
disampaikan Rasulullah SAW “jika terjadi wabah di negerimu maka
janganlah kamu keluar darinya. Dan jika terjadi diluar negerimu
maka jangan kamu datangi negeri itu”. Oleh karena itu, dalam istilah modern kita
kenal dengan lockdown daerah yang terjangkit harus dikunci.
Kemudian, daerah
yang bersih harus dikunci untuk adanya self isulation dan social
distancing. Self isolation atau isolasi diri adalah
tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk melindungi diri sendiri dan
orang-orang disekitar agar tidak tertular virus ini. Sedangkan, social
distancing adalah tindakan efektif untuk bertujuan mencegah orang
sakit dalam melakukan kontak dalam jarak dekat dengan orang lain.
Memperbanyak dzikrullah merupakan
hal ketika
seseorang tobat yang memungkinkan
untuk Allah SWT menghentikan kemarahan dan memperbanyak beramal saleh sebagai
hikmah harus diambil dari peristiwa yang telah terjadi di dunia ini.
Nah, bagaimana dari sudut pandang
akidah? Akidah adalah
keimanan. Suatu kepercayaan atau keyakinan yang dapat dianggap sebagai salah
satu akidah. Dalam hal ini, Kita harus mempercayai bahwa tha’un atau wabah sebagai ketetapan yang diturunkan atas
izin dari
Allah SWT.
Lalu bagaimaan keadaan masyarakat menuju New Normal? Istilah new normal kerap kali didengar dan diperbincangkan oleh masyarakat terutama Indonesia. Pasalnya, Pemerintah Indonesia telah menetapkan aturan new normal pada tanggal 1 juni 2020 guna untuk keberlangsungan hidup bersosial dan perekonomian untuk bisa berjalan dengan baik. Hal ini terbukti dari video yang diunggah di laman resmi Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa keinginannya untuk hidup "berdamai" dengan virus corona sampai ditemukannya vaksin. Ternyata, Hal ini tidak hanya berlaku di Indonesia saja melainkan dengan negara-negara lain yang menerapkan sistem new normal tersebut.
Di Indonesia sendiri sudah banyak
tempat-tempat yang dibuka oleh pemerintah seperti tempat wisata,
plaza, bahkan sekolah-sekolah sesuai protokol yang ditetapkan. Pihak manajemen
telah mempersiapkan berbagai protokol kesehatan bagi karyawan atau pengunjung
yang akan datang, seperti membagi jumlah kapasitas menjadi 50% dari biasanya,
kemudian melakukan pengecekkan suhu tubuh serta mencuci tangan dengan sabun dan
air bersih yang telah disiapkan sebelum memasuki tempat umum. Kemudian,
pemberlakukan pembatasan jam kerja dan jam operasional. Oleh karena itu,
masyarakat perlu menyiapkan diri dalam menjalani sejumlah panduan dan protokol
kesehatan ketika beraktivitas. Seluruh protokol kesehatan ini akan menjadi kebiasaan
baru untuk masyarakat dalam menjalani harinya untuk mencegah penularan dan
penyebaran virus corona.
*Penulis terdiri dari 5 orang yaitu Rizky Mahbengi, Anita Wulanie Fitri, Ria Zian Silviani, Siti Nurhaliza Danti, dan Syahril Sabirin merupakan mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumatera Utara yang sedang melaksanakan KKN DR UIN-SU, Kelompok 63
Posting Komentar untuk "Kesadaran dan Kepedulian terhadap Wabah Covid-19"