Pembelajaran Daring Mendewasakanku
Oleh : Dirhanuddin Doly Siregar
Kini dunia pendidikan kita menorehkan sejarah yang tidak terlupakan. Khususnya bagi generasi penerus bangsa. Untuk pertama kalinya pembelajaran di Indonesia bergeser dari offline menjadi online. Baik guru maupun orang tua mau tidak mau harus melek terhadap tekhnologi. Sekarang pembelajaran yang dihadapi banyak mengharuskan kita menatap layar smartphone. Begitu pun dengan pengeluaran biaya paket internet meningkat semenjak masa pandemi ini. Kalau dulu sumber pengetahuan siswa itu berbentuk buku cetak sekarang sumber-sumber pengetahuan ada di smartphone masing-masing siswa.
Musim berganti musim. Dalam waktu sekejap hanya diuji-Nya dengan sebongkah virus, dunia pendidikan berhasil mengalami sejarah panjang selama tahun ini. Orang tua mendadak menjadi guru terhadap anak-anaknya. Dulunya sebelum virus ini merebak, anak banyak menghabiskan waktu di sekolah berkumpul dengan guru-gurunya dan teman-temannya. Bisa dikatakan sekolah adalah rumah kedua anak. Di mana orang tua meletakkan kepercayaan kepada seorang pahlawan jasa untuk mendidik anaknya.
Sudah pasti anak akan menghabiskan waktu berkumpul dengan keluarganya setelah pulang sekolah. Lain halnya kalau si anak sudah banyak PR (Pekerjaan Rumah) maka besar peluang anak fokus belajar dan mengerjakan tugasnya. Sehingga banyak sedikit anak kebanyakan berkomunikasi di sekolah dibandingkan di rumah. Pembelajaran daring yang nampaknya tidak serumit kegiatan pembelajaran langsung namun tetap saja menuntut guru lebih kreatif menyajikan pembelajaran. Bukan hanya itu. Orang tua merangkap perannya menjadi pendidik anak di rumah.
Potret pendidikan kita hari ini ketidaksiapan kita menyambut pendidikan berbasis online ini. Banyak keluhan di sana-sini semenjak pembelajaran daring ini. Contoh kecilnya saja banyak orang tua yang belum tentu sanggup membelikan kuota internet untuk anaknya dan masih banyak anak di luar sana yang tidak seberuntung kita mempunyai smartphone. Belum lagi, berbagai keluhan orang tua lainnya semenjak membelajarkan anaknya di rumah. Mulai dari beratnya mengajar anak hingga ikut andil membantu tugas-tugas anak. Sehingga tidak jarang orang tua kewalahan semenjak berperan jadi guru di rumah. Manusia makhluk lemah seperti kita, tidak ada satupun yang terlepas dari yang namanya ujian. Terlepas dari ujian yang diberikan-Nya sisanya tergantung cara kita menyikapinya. Ada yang bersabar namun tidak sedikit juga yang mengeluh.
Memang pembelajaran daring ini tidak mudah kita lalui. Meskipun begitu marilah kita melapangkan dada dan bersabarlah. Allah tidak pernah menjanjikan hidup ini mudah. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi: “Dan tidakkah mereka memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak mengambil pelajaran” (QS. At-Taubah: 126).
Berdasarkan ayat di atas, Allah sudah terang-terangan mengatakan manusia itu tidak akan lolos dari ujian. Allah tidak akan memberi ujian dengan cuma-cuma. Tidak ada hal sia-sia yang diciptakan-Nya. Tugas kita ialah menjalaninya dan melapangkan hati menerima segala bentuk ketetapan dari-Nya. Dengan catatan tidak mengeluh bahkan memprotes. Untuk menghindari itu semua cobalah sejenak kita merenung dan mengambil pelajaran dari berbagai macam cobaan dan ujian yang menimpa kita. Sederhana saja, salah satunya lewat pembelajaran daring ini. Ada hikmah yang Allah selipkan untuk kita yakni pembelajaran daring menyadarkan orang tua bahwasanya madrasah pertama anak itu ialah seorang Ibu.
Jadi, mau di mana pun anak disekolahkan tetap pembentukan karakter dan tempat anak belajar ialah pada ibunya sendiri. Tidak hanya itu saja, Allah sungguh maha baik. Pembelajaran daring berhasil menyatukan anak untuk lebih dekat dengan orang tuanya yang mungkin selama ini sibuk pada urusannya masing-masing. Jadi marilah kita bersabar. Lapangkanlah hati karena hati yang lapang yang mampu menerima segala bentuk kesulitan hidup.
*Penulis merupakan mahasiswa program studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir yang sedang melaksanakan KKN DR UIN-SU, Kelompok 40
Posting Komentar untuk "Pembelajaran Daring Mendewasakanku"