Pendidikan Daring Makin Berdering
Oleh: Indah Sonia Siregar
Baru-baru ini pemberitaan tentang
pendidikan sedang ramai dibicarakan, pasalnya sistem pembelajaran yang di
lakukan di rumah dengan menggunakan teknologi yang ada tak berjalan dengan baik
malah makin memperumit. Niat awal untuk menghentikan mata rantai penyebaran
viris corona ternyata malah menimbulkan masalah baru yang membuat hati
anak-anak makin pilu.
Pendidikan daring memang solusi yang
baik apalagi teknologi yang kian tinggi makin mempermudah segala rutinitas yang
kita jalani. Tapi tak boleh di pungkiri bahwa teknologi sampai sekarang masih
belum menjelajahi keseluruhan bumi, artinya masih ada daerah yang masih buta
akan teknologi dan tak semua masyarakat memiliki ekonomi yang berkecukupan
istilahnya yang sering kita dengar ‘boro-boro beli hp untuk makan aja
Alhamdulillah kalau dapat terisi’.
Alhasil dari penetapan sekolah daring banyak anak-anak sekolah yang rela melakukan hal apapun demi bisa masuk sekolah. Ada yang mecari kerja demi membeli kuota, ada yang ngamen, ada yang pinjam hp tetangga lantaran tak punya, hingga ada yang terpaksa berhenti sekolah karena tak memiliki hp dan jaringan yang masih sulit di daerahnya.
Ketika melihat video ini tersebar ramai
di media, siapa yang tak sedih melihatnya? Mereka anak Indonesia yang kelak
menjadi para penerus bangsa, sekarang harus menghadapi situasi yang seharusnya
tak terjadi di usia mereka yang terbilang masih muda. Bukan salah mereka kalau
sekarang banyak anak berkeliaran di tengah jalan mencari uang, karena jika di
tanya jawaban mereka adalah untuk membeli kuota agar bisa masuk sekolah.
Penetapan pendidikan daring memang
bagus untuk dilaksanakan pada situasi pandemi ini tapi tak boleh dipungkiri
juga bahwa masyarakat Indonesia memiliki pendapatan yang berbeda-beda dan
cenderung menengah kebawah. Jadi untuk bisa mewujudkan pendidikan daring ini
Indonesia harus menyelesaikan dulu persoalan perekonomian masyarakatnya kearah
yang lebih baik.
Jika angka kemiskinan di Indonesia
sudah meningkat, baru barang kali penetapan sekolah daring bisa di terima oleh
seluruh masyarakatnya. Kalau tidak mau berapa anak lagi yang menagis akibat tak
bisa sekolah karena kehabisan kuota dan mau berapa anak lagi yang menangis
lantaran tak memiliki hp sebagai media wajibnya?
*Penulis merupakan mahasiswi program studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Posting Komentar untuk "Pendidikan Daring Makin Berdering "