Tak Ada yang Bisa Baca Pikiranmu, Ayo Berkomunikasi!
Apakah
kalian bisa baca pikiran orang lain? atau kira-kira, orang lain bisa baca pikiran kalian, tidak? Tidak bisa kan?
Jadi
gini, kan semua orang gak bisa baca pikiran nih, artinya kalau berurusan dengan
orang lain, kita harus bisa berkomunikasi dengan baik.
Coba
bayangin kita lagi rapat atau katakanlah diskusi kelompok, terus tidak ada yang
berkomunikasi, semua fokus dengan pikirannya masing-masing. Apakah akan ada
yang mengerti pikiran yang lain? tidak kan? kan gak ada yang bisa baca pikiran.
Di
dunia ini, hal sekecil apapun kita selalu berurusan dengan orang lain, mulai
dari pendidikan, pekerjaan, pertemanan, atau bahkan percintaan. Dan satu-satu
cara untuk bisa memiliki relasi yang baik dengan orang lain adalah dengan memiliki
pola komunikasi yang baik.
Ingat, “komunikasi yang baik”, bukan komunikasi yang tidak baik, apalagi tidak dengan berkomunikasi. Sebagai manusia kita selalu butuh untuk berkomunikasi dengan orang lain, dan pola komunikasi yang kita gunakan pun beragam.
Nah,
di sini saya akan jelaskan apa aja sih bentuk pola komunikasi itu? mana yang
sebaiknya dipakai dan mana yang harus dihindari.
1.
Pola Komunikasi Pasif
Pola Komunikasi Pasif yaitu orang yang
susah mengekspresikan dirinya dan cenderung mengalah ke orang lain. Biasanya
karena tidak bisa menyatakan yang dirasakannya, maka cenderung terjadinya
kekesalan dan emosi negatif yang terpendam. Orang yang seperti itu juga
biasanya susah untuk kontak mata dengan lawan bicaranya, susah bilang “tidak”,
atau juga bisa ke tipe yang “ikut aja deh”.
Pola komunikasi pasif sangat rentan
membuat hidup menjadi ambyar, karena kerap terseret ke sana ke mari untuk
hal-hal yang sebenarnya tidak disukai, dan tidak inginkan. Kenapa? karena
disatu sisi, orang lain tidak tahu kalo yang orang minta lakukan ke mereka itu mereka
tidak suka. Di sisi lain orang juga tidak tahu mereka tuh sukanya apa dan
maunya apa.
Ingat, orang lain tuh gak bisa baca pikiran kalian! Jadi, kalau kalian gak mau hidup ambyar, tapi pola komunikasi kalian pasif, yuk mulai belajar berbicara!
1.
Pola Komunikasi Agresif
Kalau kita tadi bahas pola komunikasi yang
susah bicara, pola berikutnya adalah kebalikannya. Yaitu pola komunikasi
agresif. Orang yang menerapkan pola komunikasi agresif ini biasanya memiliki
keinginan untuk mendominasi segalanya. Biasanya suaranya keras, kontak matanya
intens kaya mau melotot gitu, dan biasanya ingin mengontrol orang lain dengan
cara intimidasi, kritik tajam, menyalahkan, dan lain sebagainya.
Tidak usah dijelasin panjang-panjang, saya yakin kalian pasti pernah ketemu sama tipe orang yang begini. Di saat bersamaan emang kadang-kadang mereka dipandang sosok leader yang baik dan tegas, tetapi tidak selalu.
Bentuk pola komunikasi agresif ini punya
pemikiran bahwa “aku benar, dan kau salah.” atau suka bilang bahwa “caraku,
atau tidak sama sekali!” Serta jarang menerima pendapat orang di sekelilingnya
dengan baik.
Nah, buat kalian yang punya pola
komunikasi agresif, sekarang saya ingin bertanya, apakah kalian tidak pernah
salah? apakah kalian orang paling pintar sedunia? Saya rasa kemungkinan besar,
jawabannya adalah tidak.
Jadi, kalo kalian bukan orang paling pintar sedunia dan tidak pernah salah, ya bagaimana bisa berkembang kalau tidak bisa mendengarkan orang lain? Lionel Messi saja, masih latihan tiap minggu, dan punya pelatih, padahal sudah jadi pemain bola paling jago sedunia. Masa sih, kalian bilang “gak butuh dengerin orang lain”? Jangan begini terus yaa. Kasian potensi kalian kalau tidak berkembang karna susah dengerin orang lain. Yuk, belajar pola komunikasi yang benar!
1.
Pola Komunikasi Pasif-Agresif
Pola Komunikasi Pasif-Agresif yaitu penggabungan antara dua pola sebelumnya. Pola komunikasi yang terlihat pasif tetapi memiliki makna kata-kata agresif. Orang yang menerapkan komunikasi ini cenderung lebih ke bicara yang pelan-pelan tidak kedengaran, susah mengkomunikasikan pendapatnya dengan jelas, dan apa yang dipikirkan serta dirasakannya berbeda dengan hal yang ditampilkan.
Orang pasif-agresif ini bisa saja
sebenarnya marah, tapi muka sambil senyum. Sebenarnya mereka juga paham apa
yang mereka inginkan dan butuhkan, tapi tidak bisa saja gitu, mengkomunikasikannya
dengan jelas. Kalau bentuk omongan, biasanya suka ngomong: “ya, yaudah gapapa,
gitu aja, tapi kalo ditegur bukan salahku ya.” atau “okedeh”, tapi omongannya
pakai suara kecil, terus sarkas. Atau yang paling sering, kalau ditanya “kamu
gapapa?” terus dia jawab “nggak, aku gapapa” tapi nadanya judes.
Nah, orang yang pasif-agresif ini suka
bicara pakai kode. Maunya menyampaikan apa, tapi mengkomunikasikannya pakai apa.
Atau kadang-kadang tidak bicara, tapi bersikap gimana gitu. Gini ya, buat
kalian yang komunikasinya pasif-agresif, kalian tuh cuma boleh melakukan ini
dengan satu syarat, apa itu? Syaratnya adalah kalian harus membuat “Kamus
Bahasa Kode” versi kalian! terus bagikan ke orang-orang sekitar, biar mereka
bisa mengerti kalau kalian ngode sesuatu itu maksudnya apa. Kenapa? ya balik ke
awal tadi, orang lain itu tidak bisa baca pikiran kalian.
Jadi, kalau belum ada kamus bahasa kode versi kalian, yuk ganti pola komunikasinya!
1.
Pola Komunikasi Asertif
Kalau menurut para ahli, ini pola
komunikasi yang paling ideal, dan win-win
solution. Yaitu pola komunikasi asertif. Apa yang membuat pola komunikasi
asertif ini spesial? Karena pola komunikasi asertif menggabungkan aspek-aspek
positif dari pola komunikasi pasif, agresif, dan pasif-agresif menjadi sebuah
pola yang super powerful.
Asertif ini menekankan komunikasi yang terbuka, tetapi tidak memaksa. Jadi, mereka tahu apa yang mereka inginkan dan paham juga cara menyampaikannya ke orang lain, sambil mempertimbangkan perasaan orang lain juga.
Nah, bagaimana cara mengembangkan pola komunikasi asertif? Sebenarnya caranya ada banyak, tapi disini saya cuma memberi beberapa tips untuk bisa melatih komunikasi yang asertif buat kalian.
1.
“I- Statement”
Ini adalah tips paling kuat dan nyata, “I- Statement” adalah pengekspresian
kalimat dari sudut pandang “aku/saya” untuk hal-hal yang sifatnya pendapat, dan
bukan fakta.
Misalnya gini: kalian tidak sengaja datang
terlambat janjian ketemuan sama teman, nah menurut kalian, respon mana yang
lebih baik dari temen kalian?
Pertama, teman kalian bilang begini: “lama banget kau, gara-gara kau kita jadi
ngaret.”
Atau yang kedua, teman kalian bilang: “aku suka kesal kalau kamu datangnya telat,
karna menurutku, kamu kayak gak ngehargai waktu ku, gitu”.
Nah, mana yang lebih enak didengar? Yang
kedua kan? kenapa? karena di situ jelas, itu emosinya dia, dia gak suka, dia
marah, dan memposisikannya dengan benar. Dia memposisikan itu sebagai perasaan
dia sebagai fakta bukan sebagai tuduhan buat kalian. Dia mengekspresikan
ketidaksukaannya. Beda kan? Kalau yang pertama tuh kesannya seperti nge-judge banget, kayak merasa diserang.
Sementara yang kedua, kalian jadi paham “oh
ternyata dia gasuka, karna kalo kita melakukan ini, dia merasakan itu”. Yasudah,
kita jadi bisa menerima.
Sama juga kalau kalian ngomong ke orang, ya juga harus begitu. Ketika kalian menyampaikan opini dan perasaan, ya sampaikan sebagai opini dan perasaan bukan sebagai tuduhan seolah-olah fakta, itu lebih jauh lebih baik sehingga lebih bisa diterima orang lain.
1. Menjaga Kontak Mata
Kalau kata orang barat, “mata adalah jendela jiwa.” jadi, kontak mata itu sekuat itu. Tatapan mata adalah salah satu ekspresi paling jujur yang bisa dilakukan oleh orang lain. Bahkan ada yang bilang, kalau kontak mata yang baik, bisa bikin orang jatuh cinta seketika.
2.
Berani Mengatakan “Tidak”
Ini salah satu komponen paling penting.
Komponen utama asertif adalah kalian bisa mengungkapkan apa yang kalian
pikirkan dan rasakan dengan jelas, termasuk mengatakan “tidak”. Untuk mengatakan
“tidak” memang butuh proses yang tidak langsung bimsalabim, tetapi itu bisa
dilatih kok, pelan-pelan.
Sesimpel misalnya teman kalian mengajak nongkrong dan kalian ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalin atau dikejar deadline, atau sedang tidak ada uang, yasudah, katakana saja “tidak!”
3.
Jelaskan apa yang kalian inginkan dan rasakan dengan percaya diri.
Asertif itu sulit dilakukan kalau kalian tidak percaya dengan diri kalian sendiri. Poin-poin sebelum ini sebenarnya melatih kepercayaan diri juga kok. Jadi, kalau kalian mempraktekkannya pelan-pelan dengan percaya diri, lama-lama pasti akan percaya diri juga.
Oke,
udah paham ‘kan, jenis-jenis komunikasi dan mana yang baik? Saya harap setelah membaca
tulisan ini kalian bisa menerapkannya dikeseharian kalian. Karna seperti yang
saya katakan diatas, pola komunikasi asertif itu win-win solution untuk kalian berkomunikasi dengan orang lain, apa
salahnya sih dipelajari?
Akhir
kata, sekali lagi saya katakan, orang lain tidak bisa baca pikiran kita. Jadi,
mari kita berkomunikasi dengan baik, dengan cara komunikasi asertif.
Posting Komentar untuk "Tak Ada yang Bisa Baca Pikiranmu, Ayo Berkomunikasi!"