Antara ‘Banjir’ dan Serba-serbinya
Indonesia,
negara dengan jumlah pulau yang sangat banyak atau yang lebih dikenal dengan negara
maritim, secara astronomis terletak sangat strategis dengan adanya pertemuan
dua angin muson, yaitu angin muson barat dan angin muson timur. Namun, ini juga yang menjadi penyebab Indonesia memiliki dua musim yaitu musim
kemarau dan musim penghujan.
Di
Medio Oktober 2021 sampai Januari 2022, Musim Penghujan mulai menyapa
Indonesia, sejumlah daerah di Indonesia mulai mempersiapkan diri dengan
kedatangannya, termasuk Kota Medan.
Warga
di tempat tinggal saya di Jalan Swadaya Lingkungan 6 kota Medan mulai cemas dan
perasaan mereka dihantui dengan yang namanya ‘Banjir’. Ya, Banjir adalah suatu
peristiwa yang sangat erat kaitannya dengan Musim penghujan. Banjir adalah
suatu bencana musiman yang diakibatkan oleh meluapnya air bah yang diawali dari
hujan dengan intensitas tinggi. Lewat informasi yang dipantau dan dikutip oleh prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika (BMKG) kota Medan, menunjukkan bahwa Kota Medan akan dihantam
oleh Hujan dengan Intensitas sedang hingga lebat di sepanjang pagi hingga malam
hari.
Hujan
dengan intensitas lebat mengguyur Jalan Swadaya Lingkungan 6 dan klimaksnya
tentu saja adalah Banjir. Dan menurut saya ini adalah Banjir terparah yang
pernah terjadi di tempat tinggal saya.
Nur, salah seorang warga menuturkan jika Banjir sudah menjadi bencana yang paling sering terjadi. “Kalau Banjir ini sudah jadi langganan kami disini, apalagi di daerah sini dekat sungai, kesehatan awak pun terancam, kan awak punya anak, haduh.. pusing-lah awak kalo gini!”
Warga lainnya juga mengatakan jika Banjir juga membuat kerugian materil, “Peralatan elektronik dan berkas-berkas penting jadi rusak, habis, Kalau ada Banjir gini, pusing-lah kami”
Sementara
itu, Menurut Kepala Lingkungan 6, Abdul Rahman mengatakan jika Bencana Banjir
diakibatkan kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan. Hal
tersebut yang menjadikan air sungai cepat meluap. Selain itu, kurangnya daerah
resapan air yang diakibatkan sudah adanya lahan yang dijadikan sebagai rumah
tinggal.
“Banjir disini diakibatkan dari meluapnya air sungai, Kami dari pihak KepLing 6 juga sudah meneruskan keluhan masyarakat ke Lurah Lalang, tinggal tunggu respon dari mereka (Lurah Lalang), kami disini juga ndak diam saja, saya bersama masyarakat saling bantu-membantu untuk menanggulangi Banjir”, ujar Abdul Rahman.
Saya, sebagai warga Jalan Swadaya Lingkungan 6 kota Medan, dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang terjadi, yaitu dengan cara Pemerintah Kelurahan Lalang bersama Kepala Lingkungan 6 dan beberapa pemangku kepentingan lainnya dapat saling bekerja sama dalam hal penanggulangan bencana banjir. Kemudian lakukanlah pertemuan dengan warga di balai pertemuan (gedung/kantor) dan sosialisasikan mengenai bencana banjir dan cara menanggulanginya. Kemudian lakukanlah Analisis terhadap masalah banjir tersebut.
Tumbuhkan nilai edukasi dalam kegiatan sosialisasi tersebut, sehingga warga sadar akan menjaga lingkungan sekitarnya, seperti dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak membuang sampah ke aliran sungai. Karena partisipasi dari warga sangatlah penting.
Serta lakukanlah kegiatan bakti sosial, dengan cara menanam tanaman-tanaman di sekitar lingkungan tempat tinggal yang bertujuan untuk menciptakan daerah resapan air.
Menurut saya, Banjir tidak hanya dijadikan sebagai bencana yang banyak mendatangkan masalah ataupun problematika bagi masyarakat, namun.. apakah pernah kita menyadari jika Banjir dapat mendatangkan dan membawa manfaat bagi masyarakat.
Posting Komentar untuk "Antara ‘Banjir’ dan Serba-serbinya"